(gelo)ra Bung Karno

Senin, 21 November 2011
20 11 2011
Di tanggal baik ini, banyak warga Jakarta yang melakukan pernikahan, lahiran atau semacamnya. Tapi berbeda dengan yang terjadi di kawasan Senayan. Ribuan orang memadati kawasan Gelora Bung Karno sejak pagi hari. Ada apakah gerangan? Ya, hari ini adalah hari penjualan tiket untuk Laga Final Sea Games 2011 antara Timnas Sepakbola Indonesia dengan Timnas Malaysia. Semenjak pagi bahkan subuh, warga Jakarta dan sekitarnya sudah '"terpaksa" datang untuk mengantri tiket pertandingan. Loket tiket kategori 4 dengan harga Rp 25.000 menjadi yang paling diserbu calon pembeli.

Aku dan Sandi memang terlambat datang ke sana. Pukul 11.30 kami baru sampai di GBK dan bingung mencari loket penjualan, kami pun bertanya kepada orang di sekitar dan akhirnya menemukan lokasi loket penjualan. Kebetulan kami memang ingin membeli tiket kategori 4. Antrian sangat panjang dan tak teratur (seperti biasanya). ada ribuan orang yang mengantri kepanasan dan hanya dilayani oleh 2 loket. Terlihat di balik loket, ada segerombolan polisi yag memantau jalannya antrian sambil merokok dan ngopi. Ada juga tukang parkir yang berubah profesi menjadi makelar fotokopi KTP. Maklum, karena katanya pembelian tiket harus menyerahkan fotokopi KTP. Harganya pun fantastis dan semena-mena, Rp 5000 per lembar KTP. WOWWWW!!!!!!! Ada pula tukang jajanan; somay, pedagang air minum, gorengan, bapau, dan penjual pernak-pernik timnas dan Sea Games. Di pojok, seorang ibu menggendong sambil mendiamkan anaknya yang menangis karena kepanasan. Ada juga sekelompok pemuda yang asik mengobrol dan merokok menghilangkan kesuntukan antrean. Mereka datang kesini dengan satu niat, mendukung Timnas kebanggan mereka!


Sudah hampir 2 jam kami mengantri. Jam menunjukkan pukul 2.30. Mulai dari duduk, berdiri lagi, duduk lagi, berdiri lagi tapi hanya maju satu meter. Sedangkan keadaan di depan loket makin gaduh dan tak karuan. Sebentar-sebentar terdengar teriakan massa karena ada yang mencoba menyalip antrean. Situasi ini masih diwarnai dengan pelemparan botol dari salah satu pengantre. Banyak pula yang gugur karena tak kuat dengan antrean yang begitu rapat dan berdesakan. Di sisi lain, terlihat setiap orang yang telah keluar antrean dengan membawa selembar nota tiket tersenyum sumringah meskipun bermandikan keringat di bajunya.

Hampir jam 5 sore ketika ternyata tiket sudah habis terjual semua. Para pengantre pun kesal dan terlihat marah-marah. Kami berdua pun ikut kesal tapi tak bisa berbuat apa-apa. Ya sudah lah mau bagaimana lagi. Kami pun pulang dengan tangan hampa. Ketika kami berjalan menuju tempat parkir motor, ternyata loket penjualan lain dekat istora dibakar massa. Pagar pembatas pun dirusak. Di sini baru terlihat aparat yang berjaga-jaga, sekedar berdiri dan "planga plongo". Kami pun melanjutkan perjalanan ke tempat parkir dan pulang.

Tolong, INASOC atau PSSI atau siapapun, benahi juga manajemen penjualan tiket. Stadion sudah standar internasional tetapi penjualan tiket masi kampungan. Pengalaman saya dan teman-teman, sejak AFF kemarin, tidak ada perubahan manajemen penjualan tiket. Proses ticketing pertandingan Internasional seharusnya tak seamburadul ini. Untuk punggawa Timnas, sadarilah bahwa satu-satunya alat pemersatu bangsa adalah menonton pertandingan kalian. Lakukan yang terbaik untuk mereka yang telah bermandi keringat dan bolos kerja hanya untuk mendukung kalian dan bayarlah perjuangan masyarakat Indonesia dengan menjadi juara.

0 komentar:

Posting Komentar