untitled

Kamis, 05 Mei 2011
senang melihat kamu senang hari ini.
tapi maaf, kelemahan ku hanya satu.
aku tidak bisa berkata-kata di depanmu.
kau bagaikan sebuah bunga indah tiada duanya. perfect tapi rentan bila disentuh.
dan aku sudah salah mencoba memetikmu 'tuk ku bawa pulang.
kamu akan indah bila ditanam orang lain, bukan aku.
karena aku sudah punya tunas yang akan kusirami selamanya dan memetik buah darinya..

maaf untuk semua ini.

Minggu, 01 Mei 2011
Oke, untuk kesekian kalinya saya membicarakan dia.
Kali ini saya serasa ingin menjilat ludah sendiri.
Sungguh Allah punya maksut dibalik semua agendanya.
Manusia hanya berencana.

Kali ini juga saya tertawa dalam kebimbangan ini.
Ternyata ia juga mampu bangkit dari keterpurukan.
Saya teringat beberapa minggu lalu, saat ia menelpon dan menumpahkan air matanya.
Bukan terisak-isak lagi, tapi menangis sepuas-puasnya.
Juga saat di rumah. Menangis di pelukan dengan sekencang-kencangnya.
Lalu..
Aku berlagak seperti orang kuat yang meningggalkannya dalam keadaan bimbang dan tak ada jawaban pasti.

Lalu si Utama datang mengisi harinya.
Jauh dari yang saya duga ternyata.
Mereka terlihat lebih klop.
Mungkin lebih dari apa yang aku bisa lakukan dulu.

Hingga akhirnya kisah mereka seperti akan berakhir indah.

Dan aku seperti pengecut di sini.

Lalu bagaimana dengan si Bunga?

Ia supel, cerdas, ceria, dan ramah.
Ia bisa dikatakan teman yang tak pernah cemberut.
Hari-harinya penuh canda tawa.

Lalu saya datang dan mengusik aktivitasnya.
Memaksa ini itu.
tapi ia tetap menganggap saya teman baiknya.

Sampai akhirnya kata-kata manis itu terlontar.
Dan saya merasakan ini semua.
Sama persis seperti 2 tahun yang lalu,,